Sang uang berbaring saja, meski tertatih terbatuk -meraja. Sang uang petualang sejati, panjang jalannya tak memudar ronanya mati. 

Kini dia terbaring bersama -saling tumpuk, sempit sesak ruang coklat berperekat erat. Sang uang berkemas diri, ke tangan siapa lagi dia diberi? 

Sang uang tersodor, maju-mundur telapak ke telapak 

Akhirnya ia dikeluarkan, entah oleh siapa. Bukan segar yang dihirup, malah tergenggam teremas-remas. Sang uang tercekik, semaput pula kalut mengulik. 

Dia kini terkapar, menggelepar 

Sang uang pun mati, bukan karena jemari. Dia pula terkoyak, tak sebab remas yang menyalak. Sayang tiada sempat menyumpah, dan lembarnya menyumpal mulut manusia sampah.